AdSense

Jumat, 31 Januari 2020

Beberapa Akhlak Bagi Para Pencari Ilmu di Dalam Kitab Ta'lim al-Muta'allim

Ilmu merupakan dasar dari pada peradaban. Peradaban diambil dari kata dalam bahasa arab "adab" yang berarti keindahan baik dalam perilaku maupun sastra. Peradaban sendiri kalau diterjemahkan ke dalam bahasa arab bermakna madani (bersifat kota). Karena adanya kemajuan di perkotaan dilandasi dengan prilaku individunya yang berpendidikan.
Keindahan perilaku dalam islam tidak hanya berkaitan dengan perilaku kepada sesama tapi juga perilaku kita di hadapan Allah s.w.t. Oleh karena itu peradaban islam terbentuk atas landasan ilmu diniyyah yang bersumber dari al-Qur'an dan Hadis. Dengan memiliki landasan ilmu diniyyah para ulama mengembangkan keilmuan sains, seperti kimia, fisika, dan astronomi. Karena ilmu-ilmu tersebut merupakan pelengkap dalam memberikan keindahan perilaku kita di hadapan Allah dengan cara mengagungi ciptaan-Nya.
Para ulama islam menganggap seseorang telah gagal dalam mencari ilmu jika ilmunya tidak memberikan pengaruh keindahan perilaku kepada sesama dan kepasa Sang Pencipta. Meskipun berpengetahuan luas dan berpendidikan tinggi akan tetapi perilakunya semena-mena maka para ulama menganggap ilmunya tidak bermanfaat. Begitu pula jika ilmunya hanya memberikan keindahan dari sisi dunia saja, tapi tidak beribadah kepada Allah s.w.t. maka dianggap gagal pula. Karena tidak adanya keindahan perilaku di hadapan Allah s.w.t.
Oleh karena itu ada kitab legendaris di dalam islam karya al-Syaikh al-Zarnuji bernama Ta'lim al-Muta'allim Thariq al-Ta'allum. Arti dari pada nama kitab tersebut adalah "mengajari siswa cara belajar". Kitab itu merupakan kitab akhlak bagi para siswa yang sedang mencari ilmu agar ilmunya bermanfaat dan memberikan pengaruh keindahan pada perilaku mereka. Dengan kata lain, agar para siswa bisa membentuk peradaban islami dengan keindahan perilaku kepada sesama dan kepada Sang Khaliq.
Ada 13 Bab dalam kitab tersebut. Tapi akan saya cuplik beberapa yang cukup diabaikan oleh para siswa pada zaman sekarang.
1. Siswa Harus Memenuhi Syarat untuk Mendapat Ilmu
ألا لا تنال العلم إلا بستة سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص و اصطبار وبلغة وإرشاد أستاذ وطول زمان
"Ingat! Engkau tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam persyaratan. Akan aku jelaskan kesemuanya. Yaitu, cerdas (kesesuaian IQ dengan materi pelajaran. Konsekuensinya jika siswa seharusnya tidak naik kelas maka janganlah dinaikkan kelasnya), kesungguhan, sabar, biaya (maka biaya selama siswa mencari ilmu ditanggung oleh orang tua. Meski siswa sudah aqil baligh), petunjuk dari guru, dan waktu yang lama.
Keenam persyaratan ini harus dimiliki oleh seorang siswa. Jika salah satu tiada maka sulit ilmu itu akan didapatkan.
2. Penghormatan Kepada Ilmu dan Guru
Tiada seseorang akan berhasil melakukan sesuatu yang berat jika sesuatu itu ia remehkan. Itu adalah logika yang berlaku untuk apapun yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Baik itu adalah mencari uang, mencari jabatan, ataupun mencari ilmu. Kita kadang tidak sadar bahwa mencari ilmu adalah hal tersulit bahkan melebihi kesulitan mencari uang. Karena kesuksesan dalam mencari uang bisa dilihat dengan mata, tetapi kesuksesan dalam mencari ilmu hanya bisa dilihat oleh mata hati kita. Maka kita harus menghormati ilmu bahkan semua hal yang berkaitan dengan ilmu, seperti guru, buku, bahkan teman. Saking berharganya ilmu, ada sebuah syair:
رأيت أحق الحق حق المعلم وأوجبه حفظا على كل مسلم
لقد حق أن يهدى إليه كرامة لتعليم حرف واحد ألف درهم
"Aku lihat. Ternyata hak yang paling tinggi adalah hak seorang guru. Haknya sangat wajib untuk dijaga oleh setiap siswa muslim. Sungguh sudah seharusnya seorang guru mendapatkan hadiah 1000 dirham (~Rp. 70.000.000,-) untuk setiap huruf (atau setiap poin) yang ia ajarkan."
Banyangkan jika seorang guru dalam satu materi pelajaran mengajarkan 3 poin maka satu pelajaran sudah selayaknya seorang guru kita beri hadiah 3x70jt (Rp. 210.000.000,-). Kenyataan tidak ada guru yang meminta bayaran sebesar itu. Maka kita sebagai siswa harus tahu diri dan menghormati guru dan ilmu sebesar-besarnya.
3. Membuat Catatan Yang Baik
Masih dalam rangka menghormati ilmu yang begitu berharga (setiap poinnya bernilai Rp. 70jt), maka catatlah ilmu itu dengan sebaik-baiknya jangan asal tulis seperti orang yang malas untuk menulis sesuatu.
4. Mendengarkan Ilmu dengan Semangat Meski Sudah Seribu Kali
Terkadang kita bosan dengan penjelasan yang diulang-ulang. Ketahuilah para ulama kita mengajarkan untuk selalu semangat meski engkau telah mendengarnya berkali-kali, bahkan seribu kali. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan tujuan ilmu itu sendiri, yakni peradaban. Keindahan perilaku seseorang akan terbentuk dengan pengulangan. Maka jika seseorang bosan dengan pengulangan ilmu maka akan sulit membentuk keindahan perilaku itu. Para ulama mengatakan bahwa seseorang bukanlah ahli ilmu jika ia bosan ketika mendengarkan suatu materi diulangi seribu kali.
5. Sabar dan Teguh
Sabar dan teguh di sini bermakna satu, yaitu tidak goyah ketika ada hambatan menghadang. Bisa disebut dengan persisten. Teguh dalam pilihan yang telah ia pilih. Yakni jika seorang siswa telah menentukan dimana dia akan mencari ilmu, ilmu apa yang akan didalami, kepada siapa ia akan berguru, maka pantangan baginya untuk berbelok arah ke tempat yang lain, ilmu yang lain, dan guru yang lain. Saking pentingnya keteguhan, Imam al-Zarnuji mengajarkan untuk tidak tergesa-gesa dalam menentukan pilihan. Lakukan pengamatan terlebih dahulu sekitar dua bulan sebelum menentukan. Iya, dua bulan. Karena jika sudah menentukan pilihan ternyata ada yang tidak disukai maka siswa harus sabar dan teguh untuk menjalaninya hingga sesesai. Ingat! al-Intiqaal 'alamat al-konyol! (Pindah-pindah merupakan alamat kekonyolan dalam mencari ilmu)
Sekian beberapa akhlak yang diajarkan di dalam kitab Ta'limul Muta'allim karya al-Syaikh al-Zarnuji. Beberapa keterangan merupakan opini pribadi, sedang poin inti kami rujuk dari kitab tersebut.

Rujukan:
al-Syaikh al-Zarnuujii, Ta'liim al-Muta'llim Thariiq al-Ta'allum, Surabaya: Dar al-Nasyr al-Mishriyyah, t.th., hlm 14-19.